Boeh Lam Oen Di Era Milenial


 

Pada era milenial saat ini, teknologi berkembang pesat. hampir semua orang di seluruh dunia menggunakan teknologi seperti internet, gadget, dan juga media sosial. Orang-orang saling berhubungan dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain tanpa ada kendala karena bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sama halnya dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan pada saat ini yang sudah tidak memiliki batas. banyak dari mereka terjebak dengan romantisasi keindahan dunia yaitu membangun hubungan antara satu dengan yang lain dengan melakukan pacaran. Di Dalam ajaran agama Islam sendiri, terdapat batasan dan etika hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak memiliki ikatan tertentu (seperti keluarga ataupun suami istri yang halal). Batasan dan etika itu seperti dilarang memandang atau menyentuh, dilarang berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram. Hal tersebut dilarang karena dapat menimbulkan hal-hal yang haram menurut agama Islam. Namun sangat disayangkan pacaran pada saat ini dianggap hal biasa yang boleh dilakukan siapa saja.

Pacaran disini berarti melibatkan antara laki-laki dan perempuan yang hanya berisi urusan duniawi saja, yang belum tentu menuju ke tahapan pernikahan. Pacaran biasanya bersifat sementara dan tidak ada kejelasan antara laki-laki dan perempuan ini. pada akhirnya Pacaran adalah perbuatan yang akan menimbulkan zina. mereka yang menjalin hubungan ini, akan melakukan perbuatan yang tidak senonoh seperti layaknya hubungan suami & istri, namun keduanya belum menikah, hingga tak jarang sampai hamil di luar nikah. Akan tetapi pada saat ini pacaran seperti hal yang lumrah di kalangan masyarakat. baik orang tua ,remaja,dan orang yang sudah dewasa berfikir ketika ingin mendapatkan jodoh mereka harus berpacaran sehingga dapat mengenal satu sama lain. Namun, tak jarang orang yang sudah berpacaran lama ini pun tidak berjodoh dan hanya membuang-buang waktu mereka saja sehingga hanya menambah dosa.

Dengan adanya fenomena yang cukup besar ini, namun ternyata masih ada sekelompok kecil wanita yang masih tidak berpacaran. Para wanita ini berpendirian teguh terhadap agama dan keyakinan bahwa jodoh sudah diatur oleh ALLAH Swt. Mereka menjaga diri mereka agar tetap berprinsip untuk tidak menjalin hubungan dengan laki-laki seperti berpacaran. mereka lebih memilih untuk melakukan TA’ARUF. Wanita-wanita inilah yang di sebut “Boeh Lam Oen”.

Boeh Lam Oen disini merupakan para wanita yang menjaga diri dan marwahnya dari perbuatan zina. Mereka beribadah dan percaya terhadap ketetapan Allah Swt. Mereka berkeyakinan bahwa pacaran itu adalah perbuatan yang harus di jauhi dan dihindari Karena dapat merusak keimanan serta menambah perbuatan dosa. Mereka bertahan untuk tidak menjalin hubungan dengan laki-laki seperti berpacaran dengan selalu menyibukkan diri mereka seperti belajar, beribadah dan mengaji. Selain itu cara mereka untuk berkenalan atau membangun hubungan yang meyakinkan dengan cara Berta’aruf.

Ta’aruf merupakan perkenalan atau saling mengenal yang dianjurkan dalam agama Islam. Taaruf berasal dari kata ta'arafa - yata'arafu yang artinya saling mengenal sebelum menuju jenjang pernikahan. taaruf dilakukan sebelum khitbah. Khibtah ialah meminang atau lamaran, menawarkan diri untuk menikah. Secara syari, taaruf merupakan perintah Rasulullah SAW untuk setiap pasangan yang memang ingin menikah. Dapat dikatakan, taaruf adalah sebuah proses yang sangat sakral dan dapat dikatakan sangat mulia, karena ada niat suci di baliknya, yaitu untuk menikah. Pada prinsipnya, tujuan taaruf yaitu mencari jodoh yang sesuai, sekufu, dan diridai Allah Swt. Tidak boleh ada niatan mencoba-coba dalam hal perjodohan. Tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui data valid sesuai syariat Islam misalnya data perilaku, pengalaman, sikap, cara hidup sehari-hari, dan lain-lainnya dari si calon suami/istri. Dalam hal ini semua bebas bertanya dan harus dijawab sejujurnya tanpa harus ditutupi karena ini proses membangun keterbukaan dalam pertukaran informasi.

 Salah satu manfaat dari taaruf yaitu dapat menghindari seseorang dari hal-hal negatif. Pasalnya, seseorang yang sedang taaruf tidak diperbolehkan berduaan. Dan jika ingin bertemu harus ada orang lain yang menemani, misalkan orang tua atau saudara. Karena, hal tersebut dianggap sebagai cara yang sangat aman agar jauh dari maksiat.

Kembali kepada para wanita boeh lam oen mereka melakukan taaruf dengan cara yang singkat. Proses taaaruf yang mereka lakukan yaitu, calon pria yang ingin bertaaruf mendatangi kedua orang tua dari wanita tersebut dan kemudian menyampaikan niatnya untuk bertaaruf. Ketika kedua orang tua dari kedua belah pihak setuju dilakukan lah proses komunikasi dalam taaruf, yaitu dengan cukup saling bertanya beberapa hal seperti perihal dirinya. Misalkan apa yang disukai atau tidak disukai. Dan tidak dianjurkan untuk bertemu atau saling berkirim pesan terlalu sering. Apabila ingin bertemu, harus mengajak keluarga atau teman dekat ke rumah si wanita agar pesan itu dapat disampaikan dengan jelas. Tidak Berduaan (Tidak ber-Khalwat).

Setelah mendapat restu dari orang tua wanita, bukan berarti bisa bertemu dan mengajaknya jalan-jalan. Perlu diingat, pertemuan harus ditemani pihak ketiga. Mereka juga harus Menundukkan pandangan,maksudnya ialah menjaga pandangan agar tak dilepas begitu saja tanpa kendali, agar menghindari hal yang tidak diinginkan jika bertemu. Setelah mendapat foto dan data, shalat istikharoh agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Saat melakukan shalat istikharoh, ikhlaskan semua hasil pada Allah SWT dan jangan ada kecenderungan terlebih dulu pada calon yang diinginkan. Luruskan niat bahwa menikah karena ingin membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah dan wa rahmah. Dianjurkan untuk memperbanyak ketakwaan kepada Allah swt dan pasrah. Jika taaruf sudah dilakukan dan hati telah mantap, segera khitbah. biasanya langsung menentukan tanggal lamaran karena taaruf tak boleh terlalu lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Apabila dilakukan dalam waktu lama, sangat merugikan pihak wanita. Jarak ideal taaruf dan khitbah yakni sekitar 1 sampai 3 minggu saja. Setelah khitbah, barulah lakukan persiapan untuk pernikahan. Tentu dengan pertimbangan-pertimbangan dan restu keluarga hingga akhirnya melakukan akad pernikahan.

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan terhadap beberapa wanita boeh lam oen yang tidak melakukan hubungan pacaran dapat disimpulkan mereka dapat lebih menikmati hidup mereka dengan tidak berbuat zina dengan lebih memilih bertaaruf. Dengan begitu mereka meyakini mereka tidak akan merasa dirugikan oleh laki-laki lain dan hanya mau membangun hubungan yang jelas yaitu dengan proses yang syar’i dengan melakukan taaruf untuk tujuan ikatan pernikahan islam.

Penulis : Muchni Novia (1042019044) Mahasiswi KKNT-DR, Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, IAIN Langsa

0 Komentar