Pengembangan UMKM Kerajinan Anyaman Tikar Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Bengkelang

 
Artikel Oleh : Putri Wulandari, Dinda Nanda, Izzatul Muna, Muhammad Ramadhan Anuar 
 
Pengembangan UMKM Kerajinan Anyaman  Tikar Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Bengkelang Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang

1. Meningkatkan ketrampilan pengrajin anyaman dalam membuat produk anyaman  Tikar
2. Meningkatkan daya saing produksi kerajinan anyaman Tikar.
3. Meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bangkelang, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang melalui pembuatan laporan keuangan UMKM. 

Berdasarkan data BPS (2003), populasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) jumlahnya mencapai 42,5 juta unit atau 99,9 persen dari keseluruhan pelaku bisnis di tanah air. UMKM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 99,6 persen. Sementara itu, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 56,7 persen. Angka tersebut terus meningkat seiring dengan pertumbuhan UKM dari tahun ke tahun. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global. 

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat adalah bagaiman pengembangan umkm kerajinan anyaman tikar  untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa  Bengkelang, kecamatan Bandar Pusaka,  kabupaten Aceh Tamiang. Tujuan yang ingin di capai adalah: 

Desa Bangkelang merupakan salah satu desa di Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang. Secara geografis Desa Bangkelang terletak pada posisi .03°53’18.81”.- 04°. 32' 56.76” .Lintang Utara dan 11°.33'-12°33.' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 700 meter di atas permukaan air laut. Berdasarkan data dari BPS, masyarakat Desa Bengkelang hamper seluruhnya bekerja pada sector pertanian. Dengan demikian jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian berjumlah 1.711 orang. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Bengkelang dapat teridentifikasi ke dalam pertanian. 

Desa Bengkelang mempunyai potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yaitu kerajinan anyaman Tikar. Kerajinan anyaman Tikar  yang ada di Desa Bengkelang merupakan wujud budaya yang ditinggalkan secara turun-temurun. Kerajinan anyaman Tikar ini berbahan dasar dari  Daun Pandan Berduri yang diubah menjadi sebuah karya tangan dengan nilai estetika yang ternilai harganya ditangan orang-orang yang terampil dan kreatif. Kerajinan tangan anyaman Tikar ini adalah hasil olahan dari Daun Pandan Berduri. Yang ukuran panjang daunya kira-kira  sudah mencapai 3 meter, dan bisa mencukupi untuk diolah menjadi sebuah kerajinan tangan anyaman Tikar. Kerajinan anyaman tikar  ini merupakan kegiatan wirausaha dari UMKM masyarakat Desa Bengkelang. 

Kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya, (Kadjim 2011 : 10). Dengan kata lain, kerajinan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus yang berkaitan dengan perbuatan tangan atau kegiatan tangan yang menghasilkan suatu karya. Kerajinan anyaman Tikar Daun Pandan Berduri adalah seni merajut yang biasanya menggunakan bahan dari daun pandan berduri, daun-daunan yang memiliki serat yang dapat ditipiskan seperti enceng gondok, daun lontar, daun pandan, dan lain-lain, serta plastik. Kerajinan anyaman bambu banyak digunakan sebagai alat keperluan rumah tangga sehari-hari. Biasanya seni kerajinan anyaman bambu ini diolah dengan alat yang masih sederhana seperti pisau pemotong, pisau penipis, tang dan catut bersungut bundar, yang membutuhkan kreativitas tinggi, ide, perasaan, pemikiran dan kerajinan tangan. 

Kerajinan Anyaman Tikar dari Daun Pandan Berduri ini tidak hanya dipasarkan di dalam desa Bengkelang itu saja tapi juga sudah merambah ke beberapa daerah disekitarnya.  Produk anyaman tikar Desa Bengkelang, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang. Saat ini ada dua ukuran tikar lipat, yakni ukuran 2x1 meter dan 3x2 meter,  dan satu lembar tikar itu membutuhkan bahan baku sekitar 20 kg daun pandan berduri. Untuk membuat tikar lipat ini memang membutuhkan ketrampilan dan ketelitian. Seorang pekerja membutuhkan waktu sekitar 5  hari untuk menyelesaikan tikar lipat berukuran 2x1 meter. Proses menganyam akan lebih cepat jika pekerja benar-benar sudah terampil dan ahli. "Semakin sering mencoba, semakin cepat pengerjaannya,". Kisaran harga untuk anyaman tikar yang ukurannya 2x1 meter kisaran Rp. 100.000,00. Dan ukuran yang 3x2 harganya kirasan Rp.300.000,00. 

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan Febi Workcamp ini adalah bahwa masyarakat (Warga pengrajin kerajinan anyaman Tikar) di Desa Bangkelang, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang. sangat tertarik dan termotivasi mengembangkan UMKM kerajinan anymaan Tikar  untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara mengikuti sosialisasi dan pelatihan serta pendampingan peningkatan keterampilan pembuatan kerajinan anyaman Tikar,  peningkatan daya saing produk dan pembuatan laporan keuangan. Selanjutnya, saran yang direkomendasikan bahwa agar kegiatan ini berkesinambungan yaitu untuk mengembangkan UMKM  kerajinan anyaman Tikar di Desa Bengkelang, Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang.  maka penelitian selanjutnya sebaiknya diarahkan pada teknik pemasaran produk yang lebih luas. 



Namun di sisi lain, terdapat permasalahan dalam mengembangkan UMKM kerajinan anyaman yaitu kurangnya keterampilan dan ketelatenan dalam membuat kerajinan anyman. Masyarakat Desa Bangkelng banyak yang berprofesi sebagai petani. Demikian pula dengan pemuda Desa Bangkelang, mereka juga banyak memilih  bekerja sebagai petani dengan alasan pendapatan yang di terima relatif lebih tinggi daripada membuat kerajinan anyaman. 

Pembuatan Anyaman Tikar Daun Pandan Berduri ini tahapan awalnya yakni dengan mengambil terlebih dahulu daun pandan berduri yang panjangnya sudah mencapai kurang lebih 3 meter, setelah diambil daun pandan berdurinya tersebut diraut hingga halus, lalu setelah diraut halus langsung direbus agar daun bisa dengan mudah untuk dianyam, lalu setelah direbus langsung dijemur hingga kering, apabila panasnya merata penjemuran hanya memakan waktu dua hari saja akan tetapi apabila panasnya tidak merata makan akan memakan waktu yang lebih lama dan hasil warna pada daun pandan tersebut juga tidak putih, lalu selanjutnya setelah daun pandan berduri tersebut telah kering kemudian direndam kedalam kembali bisa menggunakan pewarna bisa juga tidak menggunakan pewarna lalu dijemur kembali hingga kering ,lalu baru bisa dianyam untuk menjadi tikar. 


Petani menjadi alternative pekerjaan yang mereka pilih karena dengan menjadi petani mereka cukup mengandalkan pekerjaan yang sekali selesai, beda dengan produksi kerajinan anyaman yang membutuhkan proses berkelanjutan. Perubahan cara pikir dan menjadikan ini sebuah budaya yang membuat mereka lebih memilih berprofesi sebagai petani. 

Potensi kerajinan dari Daun Pandan Berduri yang ada di daerah Desa Bengkelang, Kecamatan Bandar Pusaka Kabupaten Aceh Tamiang ini dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat yang hasilnya dapat menjanjikan keuntungan yang besar karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Salah satu hasil kreatifitas dan keterampilan masyarakat Desa Bengkelang Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang yang berasal dari tanaman Daun Pandan Berduri tersebut adalah Anyam Tikar. Hasil penjualan dari Tikar tersebut dapat peningkatkan perekonomian masyarakat Desa Bengkelang. Menurut Yudha (2017), peningkatan perekonomian adalah suatu perubahan jenjang atau perbaikan kondisi dari perekonomian yang lemah ke arah perekonomian yang lebih baik atau mengalami kemajuan dari sebelumnya. 

0 Komentar